(PNS Pemkab. Balangan, Direktur STKOM SAPTA COMPUTER)

Kamis, 21 Januari 2010

Contoh Skripsi Pendidikan IPA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17 ayat 1 dan 2, Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain sederajat (Depdiknas, 2006:82).
Materi Energi alternatif dan cara penggunaannya bukanlah materi yang sukar, tetapi menjadi tidak mudah apabila ketika diberikan secara langsung kepada siswa dengan menggunakan penyampaian secara konseptual saja atau dengan menggunakan metode ceramah, oleh karena itu perlu dicoba dengan mengunakan model kooperatif tipe STAD. Karena model kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan antara lain: Dalam penelitian digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena memiliki keunggulan yakni:
a. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.
d. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi serta menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
(Purwanti, 2008 : 27)
Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses belajar. Hasil belajar disini berarti hasil belajar mental walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung hasil belajar fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan hasil belajar dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan adalah kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar siswa terhadap konsep energi alternatif pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD di Kelas IV SDN Kaladan Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan”.



1.2. RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu :
a. Bagaimanakah Respon siswa Kelas IV SDN Kaladan Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD ?
b. Bagaimanakah meningkatkan Hasil belajar siswa SD N Kaladan Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD ?

1.3. RENCANA PEMECAHAN
Dari perumasan masalah diatas, maka masalah-masalah tersebut dibatasi pada:
1. Hasil belajar siswa Kelas IV setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.
2. Aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.
3. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.

1.4. TUJUAN PENELITIAN
Adapun penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui respon siswa kelas IV SDN Kaladan Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.
2. Meningkatkan Hasil belajar siswa Kelas IV IPA SDN Kaladan Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD .

1.5. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi siswa, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya terhadap materi Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya.
2) Bagi sekolah, yaitu meningkatkan kualitas PBM di Sekolah dan tingkat kelulusan Sekolah.
3) Bagi guru, yaitu sebagai bahan informasi dan bahan kajian untuk dapat meningkatkan kemampuan mengajar.
4) Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam pengembangan keilmuan untuk selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajaran apabila terjun langsung sebagai pendidik.










BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (1995 : 66) belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan sesama. Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran IPA tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya, penyampaian konsep IPA masih menekankankan pada konsep yang ada dalam buku yang dijadikan sebagai sumber belajar saja. Pola pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi dan tidak akan merangsang pola berpikir anak. Salah satu pernbelajaran yang dapat merangsang pola pikir anak adalah pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD. (Yulihoney, 2009 : 3)
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya eksternal. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempenguhi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud menurut Purwanto (2002 : 34) meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, dan
2. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial
Yang termasuk dalam faktor individual antara lain : faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
2.3. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran Langsung adalah Model Pembelajaran penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Model Pembelajaran ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan Model Pembelajaran langsung terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
b. Model Pembelajaran berdasarkan masalah
Model Pembelajaran berdasarkan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
c. Model Pembelajaran kooperatif
Dalam Model Pembelajaran ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah IPA adalah dengan pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif ada beberapa jenis antara lain Ada lima ( 5 ) tipe/variasi dalam model pembelajaran kooperatif ini, yaitu: (1) Student Teams-Achievement Division (STAD) (2) Teams Games¬Tournaments (TGT) (3) Jigsaw (4) Think-Pair-Share (TPS) dan (5) Numbered Head an together (NHT).
. (Cecep, 2008 : 6)
2.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran artinya belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran dan mempunyai ciri-ciri, manfaat, keterampilan-keterampilan serta tipe-tipenya yaitu student team achievement divisons (STAD), team games tournament (TGT), jigsaw, penyelidikan kelompok, think pair share dan numberel head together
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat Hasil belajar, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dimana pada saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat Hasil belajarnya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPA.
(http://www.trisnimath.blogspot.com)
Langkah- Langkah kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. kegiatan pendahuluan
 guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan mempresensi kehadiran siswa
 guru memberikan motivasi kepada siswa dengan bertanya Aktifitas ekonomi apa saja yang dilakukan setiap hari oleh masyarakat di desamu?
b. Kegiatan inti '
 guru menuliskan topik pada papan tulis dan menyampaikan indikator pencapaian belajar
 guru membentuk kelompok secara heterogen
 guru memberikan lembar kerja siswa kepada semua kelompok dan memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota mengerti
 guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
C. Kegiatan penutup
 guru mengevaluasi dengan memberikan kuis / pertanyaan
 guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
(Habibatul Hairiah, 2008 : 11)
2. 5. Materi Energi Alternatif
Energi Alternatif
1. Berbagai Sumber Energi Alternatif
Sesungguhnya, alam menyediakan berbagai energi alternatif yang tidak akan habis. Energi alternatif itu antara lain dapat diperoleh dari matahari, angin, air, dan panas bumi.
a. Matahari
Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Energi yang diberikan matahari berupa energi panas dan energi cahaya. Energi panas dan energi cahaya matahari dapat langsung kita gunakan. Energi matahari dapat pula diubah dulu menjadi energi listrik, baru kemudian dipakai untuk menjalankan berbagai peralatan sehari-hari.
Energi cahaya matahari menerangi bumi di siang hari. Energi cahaya ini dapat langsung kita nikmati. Bumi menjadi terang benderang sehingga kita tidak perlu menyalakan lampu. Tumbuhan hijau juga memanfaatkan energi cahaya untuk membuat makanannya.
Energi cahaya matahari dapat juga diubah dulu menjadi listrik. Cahaya matahari diubah menjadi listrik oleh alat yang disebut sel surya. Sel surya dibuat dari lembaran silikon tipis. Bagian atas lembaran itu dibuat dari silikon yang sedikit berbeda dengan bagian bawah lembaran. Saat cahaya matahari jatuh mengenainya, terjadi arus listrik yang mengalir lewat kawat yang menghubungkan bagian atas dengan bagian bawah. Saat ini, sel surya mulai dicoba untuk menggerakkan mobil dan pesawat terbang bertenaga matahari.
Energi panas matahari dapat dimanfaatkan langsung, misalnya sebagai pemanas air di rumah. Panas matahari dikumpulkan dalam suatu alat yang disebut panel surya. Panel surya biasanya diletakkan di atas atap rumah. Di tempat itu, panel surya dapat menangkap panas matahari dengan lebih baik. Panel surya tersusun dari lapisan kaca, lapisan tembaga, dan pipa. Lapisan kaca merupakan bagian luar (atas). Di bawahnya ada lapisan tembaga yang dicat hitam. Tembaga merupakan penghantar panas yang baik. Demikian pula, warna hitam adalah warna yang paling kuat menyerap panas. Panas yang dikumpulkan lapisan ini akan memanaskan rangkaian pipa di bawahnya. Di dalam pipa ini ada cairan. Cairan itu ikut menjadi panas. Dengan bantuan pompa, cairan itu mengalir ke arah tertentu. Aliran panas dari cairan ini memanaskan air dalam tangki. Dengan demikian, air dalam tangki pun seluruhnya menjadi panas.
b. Angin
Angin yang sangat besar dapat membawa bencana. Akan tetapi, jika tenaga angin dimanfaatkan, tentu dapat menolong manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tenaga angin sudah dimanfaatkan orang sejak zaman dahulu. Kapal layar dapat berkeliling dunia dengan hanya menggunakan energi angin. Tenaga angin juga digunakan untuk menjalankan mesin penggiling jagung dan pompa air. Kincir angin tradisional juga masih dapat ditemui di Negeri Belanda.
Saat ini, tenaga angin dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Alat yang menghasilkan listrik dari tenaga angin ini disebut juga aerogenerator. Generator ini pada umumnya berbentuk menara. Pada puncak menara dipasang kincir atau baling-baling. Baling-baling berputar saat diterpa angin. Panjang baling-baling ada yang mencapai 20 meter. Perputaran baling-baling inilah yang menyebabkan generator menghasilkan listrik.
Aerogenerator ini dipasang di lapangan terbuka yang sangat luas. Jumlah aerogenerator yang dipasang sangat banyak. Semakin banyak aerogenerator, semakin besar energi listrik yang dihasilkan.
c. Air
Air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Aliran air ini dapat digunakan sebagai sumber energi. Aliran air yang sangat deras merupakan sumber energi gerak. Energi gerak ini dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Aliran air yang makin banyak dan deras menghasilkan listrik yang makin besar.
Pada stasiun pembangkit listrik tenaga air, air biasanya dibendung sehingga per¬mukaannya menjadi tinggi. Stasiun pem bangkit listrik tenaga air biasanya dibangun di wilayah perbukitan yang sering terjadi hujan. Air yang dibendung, posisinya jauh lebih tinggi daripada stasiun pembangkit listriknya. Air yang dibendung ini lalu dialirkan melalui terowongan yang menurun. Aliran air tersebut memutar turbin yang dihubungkan dengan generator. Generator yang berputar menghasilkan energi listrik.
d. Panas bumi
Bumi yang berbentuk seperti bola, sesungguhnya tersusun dad beberapa lapisan. Pusat bumi terbentuk dari lapisan batuan yang sangat panas. Hal ini menunjukkan bahwa bumi merupakan sumber energi panas yang sangat besar.
Di beberapa tempat, sumber energi panas ini cukup dekat ke per¬mukaan bumi sehingga orang memanfaatkan tenaga panas bumi ini. Air yang mengalir ke dalam tanah akan kembali ke permukaan sebagai uap air yang memancar. Air panas ini disebut juga geyser.
Tenaga panas bumi digunakan untuk menghasilkan listrik. Proses yang terjadi di stasiun pembangkit listrik tenaga uap dapat kamu pelajari Air dingin dari permukaan dipompa dan dialirkan melalui pipa ke dalam tanah hingga ke lapisan batuan panas. Saat sampai di sana, air langsung mendidih dan berubah menjadi uap air panas. Uap panas ini memutar turbin. Turbin kemudian memutar gene¬rator sehingga listrik dihasilkan. Matahari, angin, air, dan panas bumi rnerupakan sumber energi alternatif.
2. Keuntungan Penggunaan Energi Alternatif
Semua yang ada di bumi ini memiliki keuntungan dan kerugian. Hal ini juga terjadi dalam pemanfaatan sumber energi. Sumber energi dari bahan bakar fosil memiliki keuntungan sebagai berikut. -
1. Tidak dibutuhkan biaya terlalu besar untuk mendapatkannya. Bahkan di beberapa bagian bumi, batu bara dapat diperoleh hanya dengan mengeruk batuan di permukaan bumi.
2. Penggunaan bahan bakar fosil lebih mudah. Misalnya, bensin tinggal dituang ke tangki bensin untuk menggerakkan mobil. Minyak tanah dapat langsung digunakan untuk menyalakan lampu.
Sementara kerugian penggunaan bahan bakar fosil antara lain sebagai berikut.
1. Lama-kelamaan, bahan bakar fosil akan habis jika digunakan terus-menerus.
2. Bahan bakar fosil dapat mencemari lingkungan karena adanya gas racun sisa pembakaran, misalnya karbon monoksida. Gas-gas buangan ini mencemari lingkungan.
Sumber energi alternatif memiliki keuntungan sebagai berikut.
1. Sumber energi alternatif dapat terus digunakan karena tidak akan habis. Matahari, air, angin, dan panas bumi terus memberikan energinya sepanjang masa.
2. Energi yang dihasilkan oleh sumber energi alternatif sangat besar. Contohnya energi yang terkandung dalam cahaya matahari yang jatuh di jalan raya di seluruh Amerika Serikat dalam setahun, besarnya dua kali lipat energi yang dapat dihasilkan dari penggunaan batu bara dan minyak bumi di seluruh dunia dalam setahun.
3. Energi alternatif tidak mencemari lingkungan karena tidak menghasilkan zat-zat buangan ke lingkungan.
Sementara kesulitan dalam pemanfaatan energi alternatif antara lain sebagai berikut.
1. Dibutuhkan biaya yang besar untuk dapat memanfaatkan energi alter¬natif. Misalnya, untuk membuat Stasiun Pembangkit Listrik Tenaga Air perlu dibuat bendungan besar lebih dulu. Hal ini tentu membutuhkan biaya besar.
2. Dibutuhkan teknologi tinggi untuk mengubah energi alternatif menjadi bentuk energi yarig dapat digunakan. Misalnya, para ahli harus dapat membuat alat yang dapat menembus batuan panas di pusat bumi. Padahal, suhu yang tinggi dapat membakar pipa pengebor.
3. Tersedianya energi alternatif dipengaruhi oleh musim. Saat musim kemarau panjang, misalnya, volume air di bendungan menyusut. Akibatnya, energi listrik yang dihasilkan juga berkurang.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan energi alternatif jauh lebih besar dibandingkan dengan kesulitan dalam pemanfaatannya.
(Haryanto, 2007 : 161-167)

2.6. KERANGKA BERFIKIR
Dengan model pembelajaran dan pendekatan yang lainnya hasil pembelajaran IPA kela IV SDN Kaladan Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan belum mencapai nilai maksimal, karena sebagian siswa tidak begitu aktif dan termotivasi mengikuti proses belajar.

2.7. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah: Ada peningkatan pemahaman materi Energi alternatif dan cara penggunaannya pada siswa kelas IV SDN Kaladan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini didesain seperti berikut :









Bagan Penelitian Tindakan Kelas
( Suhardjono, 2008 : 74)
Pada pelaksanaan desain penelitian diatas, penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga didapat solusi yang terbaik sesuai dengan perencanaan awal. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah berikut : (1) Perencanaan, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah membuat skenario pembelajaran pada pokok bahasan Energi alternatif dan cara penggunaannya, merancang LKS, menyiapkan lembar observasi dan menyiapkan alat bantu yang diperlukan dalam mengajar. (2) Pelaksanaan Tindakan, pada tahap ini melaksanakan skenario pembelajaran dan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dalam tahap perencanaan, (3) Observasi, dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap subyek penelitian (siswa), dan merekam segala aktivitas yang berlangsung selama pembelajaran.(4) Refleksi, merupakan gambaran dari hasil pelaksanaan tindakan, baik pada siklus I, II, dan seterusnya. Pada tahap ini peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan serta memperbaiki rencana tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya.

3.2. SETTING PENELITIAN
Setting penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN Kaladan Tahun Pelajaran 2009/2010 Semester.2 yaitu siswa Kelas IV sebanyak 11 orang. Keseluruhan siswa tersebut dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang siswa dan 3 orang siswa Pada mata pelajaran IPA.

3.3. FAKTOR YANG DITELITI
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah
1. respon siswa kelas IV SDN Kaladan Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.
2. Hasil belajar siswa Kelas IV IPA SDN Kaladan Tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD .

3.4. SKENARIO TINDAKAN
Metode penelitian ini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penelitian Tindakan Kelas IV peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan.



1. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama dan dua dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Rencana Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian perlu dilakukan berbagai persiapan hingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah :
1) membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus I dan siklus II yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa.
2) Mempersiapkan sarana pendukung kegiatan belajar mengajar,
3) Membuat lembar observasi untuk merekam pelaksanaan tindakan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang direncanakan.
3. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu Penggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD dalam upaya peningkatan pemahaman siswa kelas IV SDN Kaladan tentang Energi alternatif dan cara mencontohkan benda-benda yang bisa di buat Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan yang didukung dengan penggunaan lembar observasi yang telah dibuat, baik lembar observasi



untuk guru seperti lembar observasi pengelolaan pembelajaran untuk siklus I dan II dan lembar observasi terbuka serta lembar observasi sistematis siklus I dan II siklus I dan II dan untuk siswa lembar observasi terstruktur siklus I dan II, format pengamatan aktivitas siswa dalam KBM siklus I dan II dan presentasi respon siswa terhadap KBM siklus I dan II.
4. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Hasil dari observasi guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi sehingga dapat melakukan perbaikan guna perencanaan berikutnya apakah kegiatan yang telah dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan siswa tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.

3.5. CARA PENGGALIAN DATA
a. Jenis dan Sumber Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar observasi guru dalam pembelajaran Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD.
2. Lembar observasi siswa dalam pembelajaran Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD
3. Angket siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran tentang Energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif STAD
4. Soal tes awal siklus I dan soal test akhir siklus II.

b. Teknik Pengumpulan Data
1. Data kuantitatif berupa data hasil belajar yang diambil dari tes awal dan tes akhir.
2. Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan angket.
c. Teknik Analisis Data
Ada dua data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Untuk data kuantitatif berupa hasil observasi siswa maupun guru dianalisa dengan secara naratif. Data kuantitatif yang berupa post tes dianalisa teknik presentase. Hal ini berguna untuk menentukan ketuntasan belajar secara individual dan klasikal.



3.6. INDIKATOR KEBERHASILAN
Kriteria ketuntasan belajar
1. Ketuntasan individual, jika mencapai ketuntasan lebih dari 65.
2. Ketuntasan klasikal, jika lebih dari 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan lebih dari 65.

Contoh Skripsi Bahasa Inggris


THE ERRORS ANALYSIS OF USING THE PREPOSITION
MADE BY ENGLISH DEPARTEMENT’S STUDENTS
ACADEMIC YEAR 2009/2010

A. Background
Preposition is one of function words in English. It had introduced from elementary school till university, one way to introduced and learned the preposition is by asking students to make a writing paper. Sekolah Tinggi keguruan dan Ilmu pendidikan (STKIP) PGRI Banjarmasin have many programs to increase their students writing ability. STKIP has two programs that can make their students ability in writing better and better. The programs are structure and writing.
In writing, the students learn how to make right sentences and at the end of this program they had to write a research design as their final assessment. But before it, the students must pass some subjects. For instance, they must pass program structure I, II, III, and IV. And then, they also must pass program Writing I, II, III and Writing IV. After they pass them all, the students continue with writing research design. Therefore it’s expected that they will able to apply appropriate use of correct sentences or grammar among others the correct used of verbs, article and also preposition.
However, a lot of students still make certain grammatical errors in writing specially in writing a research design. The correct use of the preposition is very important in English because ungrammatical words or sentences will make some misunderstanding.
Based on the explanation above, it’s necessary for students to know more and to master everything about preposition, so that they are not making errors in their writing. Finally, this research tries to know the errors made of students in using preposition and also to give contribution to the concept of making true sentence in using the preposition.

B. Identification and Formulation of the problems
Prepositions are words normally placed before nouns or pronouns and can also be followed by verbs but, except after but and except, the verb must be in the gerund form (Thomson, 1986: 91)
Preposition includes to kinds of ‘function words’ which means “a word that doesn’t belong to one of the four major parts of speech in English (noun, verb, adjective, adverb). “Their purpose is not only to express meaning but to relate other words to each other” (Hornby, 1975:7).
According to (Hornby, 1975:7) there are eight function words among the function words are:
1. Articles: a, an, and the
2. Auxiliary verbs: be, have, and do
3. Conjunction: after, though, while, etc
4. Preposition: about, as, beside, etc
5. Pronoun: I, You, We, etc
6. Noun-Determiners: a, an, the, some, etc
7. Substitute nouns: all, another, both, etc
8. Intensifiers: pretty, almost, really, etc
9. Specialized expressions: no, O.K, anyhow, etc
Based on the identification above, the formulation of this research is:
“What kind of errors in using the preposition made by English Department students of STKIP-PGRI Banjarmasin academic year 2009/2010 in writing the research design?”

C. Research Objective
The objective of this research is to find the students’ errors in using the preposition in their research design made by English’s Department students of STKIP-PGRI Banjarmasin academic year 2009/2010.

D. Significance
Implication:
- The research will give contribution to the concept of making true sentences especially in using the preposition.
Application:
- For teacher, this research is expected will give contribution in designing appropriate teaching structure methods of the use of the preposition and it’s intended to minimize the errors made by English learners.
- For the students, Regarding that this research will give useful input for English Department students in order to make the errors less when they writing something in the future time.
- Next researchers, as a reference for other research studies or conducting a further research.

E. Working Theory
In the most general terms, a preposition expressed a relation between two entities, one being that represented by the preposition complement. Of the various types of relational meaning, those of place and time are the most prominent to identify. (Quirk,1973:6.1)
Preposition includes to kinds of ‘function words’ which means “a word that doesn’t belong to one of the four major parts of speech in English (noun, verb, adjective, adverb). “Their purpose is not only to express meaning but to relate other words to each other” (Hornby, 1975:7).
Prepositions are words normally placed before nouns or pronouns and can also be followed by verbs but, except after but and except, the verb must be in the gerund form (Thomson, 1986: 91)
A preposition is a words that links a noun or a noun equivalent (e.g. a pronoun or a gerund) to another word by expressing such relationships as location, direction, time, or purpose. (Longman,……………).
Preposition are always followed by nouns (or pronouns).They are connective words that show the relationship between the nouns following them and one of the basic sentence elements: subject, verb, object, or complement. They usually indicate relationship such as position, place, direction, time manner, agent, possession, and condition, between their objects and other parts of the sentence. Prepositional phrases usually provide international asked for by the question words who, what, where, when, why, how, and how long. The noun or pronoun following the preposition is it’s object. A pronoun used in this position is always an object pronoun: me, you, him, her, it, us, and them. The preposition plus its object is called the preposition phrase. (Wishon,1980.288-289)

From all the theories above which are giving definition about preposition, it takes one working theory that strengthen this research. It’s stated by Longman that “A preposition is a words that links a noun or a noun equivalent (eg a pronoun or a gerund) to another word by expressing such relationships as location, direction, time, or purpose.”
Based on the theory above it concludes that preposition is a word that links a noun, pronoun or gerund to another word. The preposition also expressing such as location, direction, or purpose. Grammar including the preposition is one of basic in English, it’s had learned from elementary school until high school, this predicted that the English Department Students of STKIP PGRI Banjarmasin are able to use correct preposition because to be grammatically correct and to say exactly what we mean, we must use the correct preposition. On other hand, it is assumed that if they are not able to usage them correctly, it means they are not able to master the preposition.

F. Review of Literature
Error which was mentioned by Karol and Marina (1972:1) is goof. A goof means an error students tend to make in learning English as a second language, for which no blame is implied a sentence containing one or more goofs.
Based on A.J.Thompson, in Oxford ( 1986:91 ). The student has two main problems with preposition. He has to know whether in any construction a preposition is required or not which it especially troublesome to a European student and which preposition to use when one is required.


1. Identification of function words
According to (Hornby, 1975:7) there are eight function words among the function words are :
1. Articles: a, an, and the
2. Auxiliary verbs: be, have, and do
3. Conjunction: after, though, while, etc
4. Preposition: about, as, beside, etc
5. Pronoun: I, You, We, etc
6. Noun-Determiners: a, an, the, some, etc
7. Subtitate nouns: all, another, both, etc
8. Intensifiers: pretty, almost, really, etc
9. Specialized expressions: no, O.K, anyhow, etc
2. Identification of Preposition
In the most general terms, a preposition expresses a relation between two entities, one being that represented by the prepositional complement.
a. Simple and complex prepositions
Simple preposition is preposition that consists of one word, such as at, in, and for. Other prepositions, consisting of more than one word, are called Complex. These are examples of simple prepositions: about, above, after, ,among, around, as, at, before, behind, below, beside, between, beyond, by, down, during,, for, in, inside, into, like, near, of, on, opposite, outside, over, since, through, till, to, towards, under, underneath, up, upon, with.
These are examples of complex prepositions: as well as, according to, along with, apart from, as for, as to, away from, because of, by means of, from… to, except for ,from….until , in front of, in spite of, instead of, next to, on top of, out of, up to, by way of, with respect to.
b. Types of preposition
a. physical Relationship
1) Time
a) One point of time
On : - Used with a day of the week
(I saw him on Sunday)
- Used with a day of the month
(I saw him on June)
At : - Used with part of the day considered as a point
(I saw him at noon)
- Used with an hour of the day
(I saw him at five o’clock)
In : - Used with a month
(I saw him in September)
- Used with a year
(I saw him in 1986)
b) Extended time
Since : Gives the beginning point, if it is used with the present perfect tense, the point is now
(I have not seen him since Monday)
By : Implies no later then, at anytime up to this point
(I can see you by Monday)
From-to, until, till : A beginning point with form generally requires on end point wit to
(I can see you from ten to five o’clock)
For : Gives a quantity of time
(I can you for one hour)
During : Gives a block of time, usually through of as undivided
(I can see you during the week)
Within : Gives a quantity of time before which something will happen
(I can see you within an hour for now)
c) Sequence of time
Before : the event precedes the time given in the before phrase
(I will see you before Wednesday)
After : the event follows the time given in the after phrase
(I will see you after Wednesday)
2) Place-position
a) Position
(1) The points it self
In or inside : Gives the area of something enclosed
(Hang your coat inside the closet)
On : Indicates the surface of something
(put the dishes on the table)
At : Refers to general vicinity. Mere presence at a place
is indicate
(He’s at school)
2) Higher or lower than a point
(a) Higher
Over : Felt to be generally higher than a point
(The plane flew over the mountain)
Above : Felt to be directly higher than a point
(They lives on the floor above us)
(b) Lower
Under : Felt to be generally lower than a point
(A subway runs under this street)
Underneath : Expresses the idea of closer under, especially so as
To be hidden
(He swept the dirt underneath the rug)
Below : Felt to be directly lower than a point
(He lives on the floor below us)
Beneath : Expresses the idea of directly under, with some space under)
3) Neighboring the point
Near : Most general meaning of neighboring of point
(He lives near the university)
Next to : With nothing else between them
(The school is right next to the hospital)
Alongside : Adjoining person s or thing considered as lined up,
Or side by side
(The tug pulled up alongside the tanker)
Beside : On one side of a person or thing that has two sides
(He sat beside his wife during the party)
Between : On each side of a person or thing that has two
sides
(He sat between his two sons)
Opposite : Directly facing someone else
(The museum is just opposite the bank)
4) Direction (Movement in regard to a point)
To – from : He always walks to school from his home
Toward (s) : The pilgrims headed toward(s) Mecca
Away from : They moved away from their old neighborhood
In (to)-out of : He ran into the house quickly. After a few minutes he ran out of the house with an umbrella under his arm
Up-down : He climbed up (or down) the stair
Around : The ship sailed the island
Through : You can drive through that town in an hour
Past : He walked past his old schoolhouse without stopping
As far as : We’ll walk only as far as the old schoolhouse, then we turn back. (Frank, 1972: 164-168)
b. Semantic Relationship
Many of prepositions introduce phrases that are adverbial or adjective clause equivalent.
1) Cause or reason (adv) : Because of
Because of his selfishness he has very few friends
2) Purpose (adv) : for, for the purpose of
She went to grocery store for milk
3) Comparison (adv) : like, as
He is living like a millionaire
4) Instrument (adv) : With
He cut the meat with sharp knife
5) Manner (adv) : With
He does his work with great care (= carefully or in a careful manner)
6) Example (adj) : Like, such as
An adjective is used after a verb like, seem, appear, become.


Here some guidelines on the use of preposition:
• The noun or noun equivalent that is used with a preposition is the object of the preposition.
Preposition object
Above the box
• A preposition may have more than one object
With my teacher or my friend
• If a pronoun is the object of the preposition it must be in the object form
About me (not I) to them (not they)
• A preposition may link its object with:
- A verb
Walk behind us (link walk with us)
- An adjective
He is good at English (link English with good)
- Another noun
It’s a book about detectives (link detective with book)
• Many words that are used as prepositions are sometime used as the other parts of speech. To identify preposition, it is important to consider the function of the particular word in a sentence, i.e. preposition links a noun or noun equivalent to another word:
I saw him before lunch (preposition)
I’ve seen him before (adverb)
I saw him before we had lunch (conjunction)
• It is sometime said that a preposition must always be placed in front of noun or noun equivalent and that a sentence should not end with a preposition. In practice, there are instances when a preposition is not followed directly by its object.
Mary is the person you spoke to.
This is an example of something I will not put up to.
What does she look like?
Who did you talk to?
3. Common Errors
a. Pronouns after preposition
The pronoun used after a preposition must be in the object form (e.g. me, her, him)
- Peter was with Jim and I (WRONG)
- Peter was with Jim and me. (CORRECT)
b. Incorrect omission of preposition
When a sentence has two or more words that take different prepositions, none of the prepositions should be omitted.
- The manager disagreed and disapproved of the way you argued. (WRONG)
- The manager disagreed with and disapproved of the way you argued. (CORRECT)
c. Unnecessary repetition of prepositions
Errors in unnecessary repetition of prepositions may seem obvious when they pointed out.
- The error to which recent letter refers to has been corrected (WRONG)
- The error to which recent letter refers has now been corrected (CORRECT)
- The error which recent letter refers to has now been corrected (CORRECT)
d. Noun following between
Between must be followed by a plural noun. It’s not possible to have a position that is between one thing.
- When you write, leave a space of 5 mm between each word. (WRONG)
- When you write, leave a space of 5 mm between words. (CORRECT)
e. Preposition after request
When request is used as a verb, it does not take any preposition. When it’s used as a noun, the preposition used with it is for.
- John requested for your assistance. (WRONG)
- John requested your assistance. (CORRECT)
- John put in a request for your assistance. (CORRECT)
f. Between and among
It’s not correct to say that between is used only when two things or people are referred to and that among is used when there are more than two things or people. Between can be used when reference is made to more than two things or people if each one of them is compared to all the others as a group.
- What is the difference among “sometimes”, “sometime”, and “some time”? (WRONG)
- What is the difference between “sometimes”, “sometime”, and “some time”? (CORRECT)
Among is used when the number of things or people is not known or not important.
- The hut is among the trees (CORRECT)
- The letter you want is among all those document (CORRECT)
- You are among friends (CORRECT)

Senin, 11 Januari 2010

Contoh Skripsi Pendidikan IPS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan undang - undang Dasar 1945 alenia IV menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa : Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan melalui undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dengan fungsi dan tujuan sebagaimana kutipan berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia Sehat, Berilmu, Cakap kreatif mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ( BAB 11. Pasal 3 )

Pendidikan adalah merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan, potensi kemampuan anak, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu maupun dalam masyarakat.
Dalam Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007, disebutkan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar proses pada pelajaran IPS khususnya di SD harus mendapatkan perhatian khusus dari guru karena mata pelajaran IPS di SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain, antara lain sebagai berikut: IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial. Materi IPS terdiri atas sejumlah konsep, prinsip, dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) Susanto (2000:24).
Ada beberapa strategi dan model dan metode dalam pembelajaran IPS, Strategi pengajaran Sejarah adalah suatu alternatif dalam bentuk model cara menyelesaikan proses belajar mengajar yang merupakan pola-pola umum kegiatan yang harus diikuti guru dan siswa. Pola-pola umum kegiatan ini perlu ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran (karmawati, 2008 : 2 ).
Untuk mencapai tujuan pengajaran IPS perlu adanya Pendekatan pemecahan masalah, Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran IPS yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan ketrampilan memahami masalah, membuat model IPS, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya(Depdiknas, 2006 : 93)
Di kelas IV SDN Kasai Kecamatan Batumandi siswa-siswa dibekali ilmu pengetahuan, agar dia diharapkan bisa mandiri di hari-hari mendatang. Namun kenyataannya hasil pembelajaran IPS yang dicapai siswa selama ini belum maksimal, sebab dalam pembelajarannya metode ceramah masih mendominasi sehingga interaksi hanya berlangsung satu arah, siswa hanya menerima informasi tanpa ada balikan, sementara yang aktif adalah guru. Padahal dalam PBM

seharusnya diperlukan komunikasi dua arah atau lebih sehingga dapat membuat aktivitas siswa lebih meningkat dan menjadikan hasil pembelajaran lebih berhasil.
Dari masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul " Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Tentang Pentingnya Mengenal Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw SDN Kasai Kecamatan Batumandi"

B. Rumusan Masalah.
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini :
a. Bagaimanakah peningkatan Hasil belajar siswa SDN Kasai Mengenai Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw?

C. Rencana Pemecahan
Kegiatan pertama dalam Tipe Jigsaw adalah membagikan bacaan dan topik-¬topik ahli, penugasan topik-topik pada masing-masing siswa, dan kemudian membacanya. Membagikan lembar akhir dan kemudian menugasi setiap siswa untuk mengerjakan topik tertentu (datangi setiap kelompok dan tunjuk setiap siswa untuk mengerjakan topik tertentu).


Diskusi kelompok ahli, mintalah seluruh siswa dengan topik ahli 1 berkumpul pada sebuah meja, seluruh siswa dengan topik 2 berkumpul pada lain dan seterusnya. Tunjuk seorang pemimpin diskusi untuk setiap kelompok. Pemimpin diskusi tersebut tidak harus siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan seluruh siswa seharusnya memiliki kesempatan menjadi pemimpin diskusi pada suatu saat kelak.
Ketika kelompok ahli sedang bekerja, guru seharusnya berkeliling bergantian mendatangi dan memfasilitasi setiap kelompok. Guru dapat mengingatkan para pemimpin diskusi bahwa sebagian dari tugas mereka adalah mengupayakan agar setiap orang berperan serta.
Laporan kelompok. Para ahli seharusnya kembali kekelompok asalnya untuk mengajarkan topik-topik itu kepada teman kelompok asalnya. Mereka seharusnya diberi waktu sekitar 5 menit untuk menelaah ulang segala sesuatu yang mereka pelajari dari kelompok ahli. Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab kepada teman kelompok asalnya.
Tes. Bagikan kuis itu dan berikan kepada siswa, dan berikan cukup waktu sedemikian rupa, sehingga hampir setiap siswa dapai menyelesaikannya.
Penghargaan kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada keelompok yang mendapat nilai atau skor yang terbanyak baik dengan pujian maupun dengan bilangan atau angka / dengan kualitatif maupun kwantitatif.




D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
l. Tujuan Penelitian
a. Meningkatkan Hasil belajar siswa SDN Kasai Mengenai Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
2. Manfaat Penelitian Tindakan kelas ini adalah :
a. Bagi guru-guru khususnya bidang studi IPS sebagai informasi tentang upaya yang dapat disimpulkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
b. Bagi Kepala Sekolah sebagai bahan masukan tentang upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran IPS.
c. Untuk Pengawas sebagai bahan masukan dalam membina dan meningkatkan mutu pembelajaran IPS
d. Dinas Pendidikan Kabupaten sebagai bahan masukan dan bahan sosialisasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran IPS










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif. merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda atau adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:
1) Siswa belajar kelompok.
2) Kelompok dibentuk heterogen.
3) Upayakan agar anggota kelompok berbeda-beda
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
(Anshori, 2009 : 2 )
Pembelajaran kooperatif ada beberapa jenis antara lain Ada lima ( 5 ) tipe/variasi dalam model pembelajaran kooperatif ini, yaitu: (1) Student Teams-Achievement Division (STAD) (2) Teams Games¬Tournaments (TGT) (3) Jigsaw (4) Think-Pair-Share (TPS) dan (5) Numbered Head an together (NHT).
(Sutrisni Andayani, 2008:1)
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. (Sutrisni Andayani, 2008:1)
Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Doantara yasa, 2008 : 1).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. (Doantara yasa, 2008 : 1)
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. (Doantara yasa, 2008 : 1)
Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai beberapa keunggulan menurut Purwanti (2008 : 30) diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Purwanti (2008 : 30) diantaranya sebagai berikut:
a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.
b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

C. Langkah - langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka)
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub yang mereka kuasai dan tipe anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. penutup
(Depdiknas, 2008 : 9)
Aktivitas Kegiatan dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Aktivitas yang dilakukan dalam jigsaw meliputi:
• Membaca
• Diskusi dikelompok ahli
• Laporan ke kelompok asal
• Tes
• Penghargaan Kelompok
(Anshori, 2009 : 5 )

D. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Metode penelitian ini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penelitian Tindakan Kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi (Arikunto, 2006:16).
Dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan.
Penelitian ini menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena pembelajaran ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
2. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi Mengenai Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat siswa kelas IV SDN Kasai".

Contoh Skripsi Pendidikan IPS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan undang - undang Dasar 1945 alenia IV menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa : Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan melalui undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dengan fungsi dan tujuan sebagaimana kutipan berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia Sehat, Berilmu, Cakap kreatif mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ( BAB 11. Pasal 3 )

Pendidikan adalah merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan, potensi kemampuan anak, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu maupun dalam masyarakat.
Dalam Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007, disebutkan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar proses pada pelajaran IPS khususnya di SD harus mendapatkan perhatian khusus dari guru karena mata pelajaran IPS di SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain, antara lain sebagai berikut: IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial. Materi IPS terdiri atas sejumlah konsep, prinsip, dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) Susanto (2000:24).
Ada beberapa strategi dan model dan metode dalam pembelajaran IPS, Strategi pengajaran Sejarah adalah suatu alternatif dalam bentuk model cara menyelesaikan proses belajar mengajar yang merupakan pola-pola umum kegiatan yang harus diikuti guru dan siswa. Pola-pola umum kegiatan ini perlu ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran (karmawati, 2008 : 2 ).
Untuk mencapai tujuan pengajaran IPS perlu adanya Pendekatan pemecahan masalah, Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran IPS yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan ketrampilan memahami masalah, membuat model IPS, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya(Depdiknas, 2006 : 93)
Di kelas IV SDN Kasai Kecamatan Batumandi siswa-siswa dibekali ilmu pengetahuan, agar dia diharapkan bisa mandiri di hari-hari mendatang. Namun kenyataannya hasil pembelajaran IPS yang dicapai siswa selama ini belum maksimal, sebab dalam pembelajarannya metode ceramah masih mendominasi sehingga interaksi hanya berlangsung satu arah, siswa hanya menerima informasi tanpa ada balikan, sementara yang aktif adalah guru. Padahal dalam PBM

seharusnya diperlukan komunikasi dua arah atau lebih sehingga dapat membuat aktivitas siswa lebih meningkat dan menjadikan hasil pembelajaran lebih berhasil.
Dari masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul " Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Tentang Pentingnya Mengenal Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw SDN Kasai Kecamatan Batumandi"

B. Rumusan Masalah.
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini :
a. Bagaimanakah peningkatan Hasil belajar siswa SDN Kasai Mengenai Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw?

C. Rencana Pemecahan
Kegiatan pertama dalam Tipe Jigsaw adalah membagikan bacaan dan topik-¬topik ahli, penugasan topik-topik pada masing-masing siswa, dan kemudian membacanya. Membagikan lembar akhir dan kemudian menugasi setiap siswa untuk mengerjakan topik tertentu (datangi setiap kelompok dan tunjuk setiap siswa untuk mengerjakan topik tertentu).


Diskusi kelompok ahli, mintalah seluruh siswa dengan topik ahli 1 berkumpul pada sebuah meja, seluruh siswa dengan topik 2 berkumpul pada lain dan seterusnya. Tunjuk seorang pemimpin diskusi untuk setiap kelompok. Pemimpin diskusi tersebut tidak harus siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan seluruh siswa seharusnya memiliki kesempatan menjadi pemimpin diskusi pada suatu saat kelak.
Ketika kelompok ahli sedang bekerja, guru seharusnya berkeliling bergantian mendatangi dan memfasilitasi setiap kelompok. Guru dapat mengingatkan para pemimpin diskusi bahwa sebagian dari tugas mereka adalah mengupayakan agar setiap orang berperan serta.
Laporan kelompok. Para ahli seharusnya kembali kekelompok asalnya untuk mengajarkan topik-topik itu kepada teman kelompok asalnya. Mereka seharusnya diberi waktu sekitar 5 menit untuk menelaah ulang segala sesuatu yang mereka pelajari dari kelompok ahli. Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab kepada teman kelompok asalnya.
Tes. Bagikan kuis itu dan berikan kepada siswa, dan berikan cukup waktu sedemikian rupa, sehingga hampir setiap siswa dapai menyelesaikannya.
Penghargaan kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada keelompok yang mendapat nilai atau skor yang terbanyak baik dengan pujian maupun dengan bilangan atau angka / dengan kualitatif maupun kwantitatif.




D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
l. Tujuan Penelitian
a. Meningkatkan Hasil belajar siswa SDN Kasai Mengenai Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
2. Manfaat Penelitian Tindakan kelas ini adalah :
a. Bagi guru-guru khususnya bidang studi IPS sebagai informasi tentang upaya yang dapat disimpulkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
b. Bagi Kepala Sekolah sebagai bahan masukan tentang upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran IPS.
c. Untuk Pengawas sebagai bahan masukan dalam membina dan meningkatkan mutu pembelajaran IPS
d. Dinas Pendidikan Kabupaten sebagai bahan masukan dan bahan sosialisasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran IPS










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif. merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda atau adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:
1) Siswa belajar kelompok.
2) Kelompok dibentuk heterogen.
3) Upayakan agar anggota kelompok berbeda-beda
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
(Anshori, 2009 : 2 )
Pembelajaran kooperatif ada beberapa jenis antara lain Ada lima ( 5 ) tipe/variasi dalam model pembelajaran kooperatif ini, yaitu: (1) Student Teams-Achievement Division (STAD) (2) Teams Games¬Tournaments (TGT) (3) Jigsaw (4) Think-Pair-Share (TPS) dan (5) Numbered Head an together (NHT).
(Sutrisni Andayani, 2008:1)
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. (Sutrisni Andayani, 2008:1)
Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Doantara yasa, 2008 : 1).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. (Doantara yasa, 2008 : 1)
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. (Doantara yasa, 2008 : 1)
Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai beberapa keunggulan menurut Purwanti (2008 : 30) diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Purwanti (2008 : 30) diantaranya sebagai berikut:
a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.
b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

C. Langkah - langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka)
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub yang mereka kuasai dan tipe anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. penutup
(Depdiknas, 2008 : 9)
Aktivitas Kegiatan dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Aktivitas yang dilakukan dalam jigsaw meliputi:
• Membaca
• Diskusi dikelompok ahli
• Laporan ke kelompok asal
• Tes
• Penghargaan Kelompok
(Anshori, 2009 : 5 )

D. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Metode penelitian ini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penelitian Tindakan Kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi (Arikunto, 2006:16).
Dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan.
Penelitian ini menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena pembelajaran ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
2. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi Mengenai Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat siswa kelas IV SDN Kasai".

Contoh Skripsi Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan bertujuan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,benar dan indah dalam kehidupan.(La sulo, 2005 : 37).
Pada hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasilkarya kesustraan manusi Indonesia (Depdiknas, 2006:63).
Peranan bahasa indonesia sangat penting dalam kemajuan Sumber Daya Manusia khususnya kita orang Indonesia, untuk memiliki kemampuan dalam berkomonikasi dalam era informasi dan globalisasi. Ha1 ini sangat di sadari pemerintah, sehingga perlu mengimplementesikan kebijakan pemerintah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah mengenai pengembangan sumber daya manusia. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1990 yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia bidang pendidikan dalam bentuk pengembangan dan peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan guru, murid, dan tenaga kependidikan lainnya.
Peraturan DEPDIKBUD RI nomor 0487/14/1992 yang menyatakan bahwa sekolah dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Sejak dari dulu secara resmi pelajaran bahasa indonesia sudah masuk dalam sistem pendidikan dasar. Sekolah mempunyai wewenang tentang mata pelajaran bahasa indonesia dimasukkan sebagai salah satu pelajaran wajib yang harus di kuasai khususnya kita sebagai warga negara indonesia.
Proses peningkatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajaran semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya, dan orang lain. Selain itu juga pelajaran bahasa indonesia mampu membantu peserta didik mengemukakan gagasan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinasi dalam dirinya.
Bahasa indonesia merupakan alat untuk berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi secara utuh adalah kemampuan berwacana yakni kemampuan memahami dan digunakan bermasyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran bahasa indonesia diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa indonesia pada tingkat literasi tertentu.

Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran.
Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan pembelajarannya masih dilakukan secara klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar.
Melihat kondisi demikian, perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ansori, 2008:2) Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Berdasarkan paparan diatas, maka penelitian tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VI SDN Paringin 2 perlu dilaksanakan. Melalui penelitian diharapkan diperoleh diskripsi yang objektif dan lengkap tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Paringin 2.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses belajar mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di kelas VI Sekolah Dasar?



2. Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan berpengaruh terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia di kelas VI Sekolah Dasar?
3. Apa saja hambatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh proses belajar mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di kelas VI Sekolah Dasar.
2. Mengungkapkan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia di kelas VI Sekolah Dasar
3. Mengidentifikasi hambatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar






1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini adalah:
1. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai salah satu modal pembelajaran yang nantinya dapat diterapkan pada saat terjun langsung di masyarakat.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam beraktifitas atau berpikir secara optimal dalam metode kooperatif agar siswa tidak jenuh dan bosan.















BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
2.1.1 Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Purwanto (1998:84) mengemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu:
a. belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
c. untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d. tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Good dan Brophy dalam Purwanto (1998: 85) mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu "Learning is the deyelopment of new associations as a result ofexperience'". Selanjutnya dijelaskan bahwa "Belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internalevent). Belajar merupakan proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; proses itu terjadi di dalam din seseorang yang sedang mengalami belajar Jadi menurut Good dan Brophy yang dimaksud belajar bukanlah tingkah laku yang nampak, tetapi adalah proses yang terjadi secara internal di dalam diri indiyidu dalam usahanya memperoleh hubungan hubungan baru (new associations). Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang, antara reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Menurut Sardiman (2007 : 22 ) mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya Sedangkan menurut Usman & Setiawati (2001:4) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berikut adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adaalah suatu proses perubahan dalam diri scscorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Sudjana (2004: 39) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
l. faktor dari dalam diri siswa yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti motivasi, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, bakat dan kemampuan, fisik dan psikis. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah pancaindra contohnya sakit, cacat tubuh, dan perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyusuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun fisikis. (Usman, 2000:10)
2. Faktor dari luar atau lingkungan yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan dimana siswa tersebut berada seperti:
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya, seperti adat kebiasaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
d. Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.
(Usman, 2000:10)
Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar baik itu faktor intern maupun faktor ekstern sangat menentukan dalam pencapaian hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa merupakan tujuan utama dari poses belajar mengajar, untuk itu faktor-faktor tersebut perlu diketahui oleh seorang pendidik atau guru agar bisa mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Benyamin Bloom (1976:21) mengatakan ada tiga variabel utama dalam belajar di sekolah yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa.
Menurut Caroll (1977:16) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu bakat yang dimiliki individu, waktu yang tersedia untuk belajr, waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas mengajar dan kemampuan individu.
Uraian di atas menyatakan bahwa hasil belajar berbanding lurus dengan kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. hasil belajar siswa akan baik jika kemampuan individu siswa tinggi dan kualitas pengajarannya juga baik.

2.2 Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD)
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. .(depdiknas, 2006:65)
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.(depdiknas, 2006:7)
Materi yang ada pada pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. serta merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.(depdiknas, 2006:65)
Dalam pembelajaran bahasa indonesia terdapat beberapa komponen yang menunjang proses belajar mengajar dan dapat menentukan hasil belajar tersebut. komponen-komponen dalam proses pembelajaran terdiri dari:
(1) Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
(2) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses beajar mengajar.
(3) Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
(4) Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(5) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
(6) Sumber Pelajaran
Sumber belajar adalah bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
(7) Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

2.3 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran, apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pelajaran itu di- kelola (Ruseffendi, 1991). Sedangkan menurut Tim MKPMB (2001) pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Jadi pendekatan adalah suatu cara yang dilakukan guru atau siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Nisbet dalam (Tim MKPMB, 2001), tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan-pendekatan yang karakteristiknya berbeda untuk belajar. Dari sini dapat dikatakan masing-masing individu akan memilih cara atau gayanya sendiri untuk belajar dan untuk mengajar, namun setidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang khas dibandingkan dengan pendekatan lainnya.
Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika , yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi. Pendekatan metodologik diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, heutistik. Sedangkan pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika di mana dalam penyajian konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa. Adapun contoh lain pendekatan dalam pembelajaran seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kontekstual (CTL), pendekatan open-ended, pendekatan realistik, dan lain-lain (Tim MKPMB, 2001).
Semua pendekatan-pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan , sehingga dalam pembelajaran baik guru maupun siswa dapat menggunakan pendekatan secara bergantian atau bervariasi. Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam mengembangkan keaktifan belajar

2.4 Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain.
1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.

4. Metode belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 2-4 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
5. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
6. Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.


7. Metode karyawisata/widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
8. Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

10. Metode bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
• Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
• Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
• Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
• Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
• Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Setiap metode memiliki kelebihan atau keunggulan dan kelemahan atau kekurangan masing-masing. Oleh karena itu guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai pada saat melakukan kegiatan belajar. Bisa juga guru mengkombinasikan metode mengajar untuk memudahkan dalam penyampaian materi pada saat proses belajar mengajar, sehingga dapat dicapai keoptimalan belajar siswa dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi (Tim MKPMB, 2001).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa peranan metode dalam pembelajaran sangat berpengaruh, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diajar, supaya tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang baik.

2.5 Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.
Menurut Anshori (2008:3) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
Tabel l. langkah - langkah model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah laku guru
fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrsi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranaya membentuk kelompok belajar dan membantu seiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membingbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang pernah di pelajari atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


Menurut Ibrahim (2000:6), Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih beroentasi kelompok ketimbang individu.
Roger dan David Johnson (1993 : 54) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok

2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain :
1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
3. Siswa dipasangkan.
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5. Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing.
6. Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
7. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9. Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
10. Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
(Bandono, 2008 : 3)