(PNS Pemkab. Balangan, Direktur STKOM SAPTA COMPUTER)

Rabu, 26 Mei 2010

http://www.bisnis-tiket-pesawat.com/?id=slametnospd


dapatkan bisnis riil (bukan tipu-tipuan) dengan pendapatan menakjukkan dengan klik http://www.bisnis-tiket-pesawat.com/?id=slametnospd

Booking Garuda


untuk mendapatkan tiket pesawat garuda dengan harga murah silahkan klik http://www.bisnis-tiket-pesawat.com/?id=slametnospd

Selasa, 25 Mei 2010

Peningkatan Pemahaman Tentang Materi Penjumlahan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Siswa Kelas I SD Negeri Kasai

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan (Nurhadi dan Senduk, 2003). Pendidikan yang diselenggarakan harus mampu mencetak sumber daya manusia yang lebih siap untuk terjun dan berperan aktif dalam kehidupan nyata. konkretnya pendidikan itu harus mampu menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang mampu melayani dirinya sendiri dan orang lain serta dapat mengisi dan berperan aktif di bcrbagai sendi kehidupan secara kompetitif.
Setiap sistem pendidikan yang diselenggarakan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Apalagi bila dikaitkan dengan kehidupan nyata yang terus berubah. Sistem pendidikan harus adaptif agar dapat menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan perubahan zaman. Gambaran tentang kondisi pendidikan yang telah diselenggarakan selama ini dapat diketahui sebagaimana dikemukakan Depdiknas dalam Nurhadi dan Senduk (2003: 3) bahwa:
“Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/ dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mercka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dinama mereka akan hidup dan bekerja”.
Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pcngetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar `baru' yang lebih mempcrdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, Contextual Teaching And Learning (CTL) dipromosikan menjadi alternative belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui mengalami, bukan menghapal (Depdiknas. 2002: 2).
Kondisi konkret di tempat penelitian (SD Negeri Kasai), menunjukkan bahwa keinginan guru agar hasil belajar meningkat ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, sebab kenyataannya dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa masih rendah. Siswa kelas I SDN Kasai selama ini kurang aktif dalam proses pembelajaran, sebagian besar siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru. Kondisi tersebut menyebabkan guru Matematika prihatin karena tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan belum tercapai.
Untuk meningkatkan hasil belajar penjumlahan dapat ditempuh dengan memberikan contoh media yang sesuai dengan penjumlahan dan kontek penjumlahan. Pendekatan yang sesuai adalah CTL.

Dari kondisi pendidikan di Indonesia khususnya dan pandangan-pandangan beberapa ahli di atas, serta kondisi konkret pada SD Negeri Kasai yang prestasi belajarnya pada tahun sebelumnya tidak menunjukkan peningkatan yang optimal, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan Pemahaman Tentang Materi Penjumlahan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Siswa Kelas I SD Negeri Kasai Balangan Tahun Ajaran 2009/2010”
1.2 Rumusan Masalah
permasalahan yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah pendekatan CTL dapat meningkatkan Pemahaman siswa kelas I SD Negeri Kasai pada Materi Penjumlahan bilangan Sampai dengan 20 dengan menggunakan pendekatan CTL?
2. Bagaimanakah respon siswa kelas I setelah mendapatkan pembelajaran Materi Penjumlahan bilangan Sampai dengan 20 menggunakan pendekatan CTL?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatan pemahaman siswa pada Materi Penjumlahan Sampai dengan 20 menggunakan pendekatan CTL pada SD Negeri Kasai.
2. Meningkatkan respon/sikap siswa Kelas I dan guru Matematika SDN Kasai tentang Penjumlahan Sampai dengan 20 dengan menggunakan pendekatan CTL.

1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahamannya, khususnya terhadap materi Penjumlahan Sampai dengan 20.
2) Bagi sekolah, sebagai bahan referensi sehingga dapat dipelajari oleh guru-guru maupun pihak lain dikemudian hari.
3) Bagi guru, yaitu sebagai bahan informasi dan bahan kajian untuk dapat meningkatkan kemampuan mengajar.
4) Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam pengembangan keilmuan untuk selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajaran apabila terjun langsung sebagai pendidik
1.5 Definisi Istilah
(a) Pemahaman siswa kelas I SD Negeri Kasai ditunjukkan dengan hasil belajar pada materi Penjumlahan
(b) Materi penjumlahan di kelas I adalah Penjumlahan Sampai dengan 20











BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar dan Mengajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Purwanto (1998: 84) mengemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
c. untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
Mengajar merupakan proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa


Biggs (1991), membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.
c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Menurut Slameto (1995: 29) mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Adapun defenisi lain di negara-negara modern yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa.



Mengajar didefinisikan oleh Sudjana (2000: 37) sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin.
2.2 Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And Learning )
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002:1).
Dewey dalam Ibrahim (2000: 16) menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan yang mana sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan nyata. pada bagian lain dikemukakan bahwa pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses beiajar agar kelas lebih `hidup' dan lebih 'bernakna' karena siswa `mengalami' sendiri apa yang dipelajarinya (Nurhadi dan Senduk, 2003: 5).
Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kontekstual, di antaranya menurut .johnson dalam Nurhadi dan Senduk (2003: 12) bahwa sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
TEACHNET (Nurhadi dan Senduk, 2003: 2) mengemukakan pernyataan penting tentang CTL bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pela.jaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar. Pembelajaran kontekstual (Contextual Learning) berlangsung bilamana para siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan mengacu kepada permasalahan rill yang bersangkut paut dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa maupun pekerja (Corebima, dkk, 2002 : 18).
Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.


2.3 Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003: 31) ada tujuh komponen utama , Pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructioism), bertanya (Questioning), Menentukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi(Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika ketujuh komponcn tersebut dalam pembelajarannya. Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
a. Konstruktivisme (constructioism)
Konstruktivisme (constructioism) merupakan landasan berpikir (filosofi) mempelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas rnelalui konteks yang tcrbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi Pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b. Menentukan (inquiry)
Inquiry pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, ,dalam banyak banyak konteks (a complex idea that means many things to many people in many contexts). lnkuiri adalah bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang dibicarakan. pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. pertanyaan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna.
c. bertanya (questioning)
bertanya (questioning) adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, dari pengetahuan. jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Orang bertanya karena ingin tahu, menguji, mengkonfrmasi, mengarahkan/menggiring, mengaktifkan skemata, men-judge, mengklasikasi, memfokuskan, dan menghindari kesalahpahaman.
d. Masyarakat Belajar (Learning community)
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, antara mereka tahu ke mereka yang belum tahu.
e. Permodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang, bisa ditiru pemodelan pada dasarnya pembahasan yang dipikirkan, rnendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu,cara mengerjakan sesuatu dan sebagainya. Dengan begitu, guru rnemberi model tentang "bagaimana cara belajar''.
f. Refleksi ( Reflection)
Refleksi juga bagian pcnting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yanr baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kcgiatan evaluasi hasil

belajar (seperti UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisah) dari kegiatan pembelajaran.
Nur dalam Ibrahim (2002: 6) mengemukakan bahwa asesmen autentik memiliki ciri sebagai berikut: -
a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
b. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan
c. Penilaian terhadap produk dan kinerja
d. Tugas -tugas kontekstual dan relevan
e. Proses dan produk, dua-duanya dapat diukur.
Menurut Sanjaya (2005:124-125) Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan C T L guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta man¬faat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru nienjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
• Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa;
• Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerja¬kan oleh setiap siswa.
b. Inti
Dilapangan
1) siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di lapangan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam Kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil diskusi mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi.
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
c. Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah yangdibahas sesuai dengan indikakor hasil belajar yang harus dicapai.
2.4 Materi Penjumlahan bilangan sampai dengan 20
1. Penjumlahan sampai dengan 10
a. Penjumlahan dua bilangan satu angka













b. Penjumlahan dengan cara
perhatikan contoh berikut

Ari punya bola bekel empat butir
ia membeli lagi satu butir
berapa bola bekel ari sekarang
jawab
4 bola bekel 4
1 bola bekel + atau 1
5 bola bekel 5
bola bekel ari sekarang 5 butir

Rima memiliki enam buah permen
diberi bibi dua permen
berapa permen rima sekarang jawab
6 permen 6
2 permen + atau 2 +
8 permen 8
permen rima sekarang ada 8 butir

2. Penjumlahan dengan hasil 20
a. penjumlahan dua angka dengan satu angka




10 + 1 = 11




………….. + …. = …………………..





……… + ……. = …………………..

b. Penjumlahan dengan cara bersusun
amati contoh berikut ini:


(Djaelani, Haryono, 2008 : 46-57)
Pendekatan Contextual Teaching And Learning dapat dilakukan dengan membuat soal yang dihubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, dan yang ada disekelilingnya. (bandono,2008)
2.5 Evaluasi ( Tagihan)
Untuk mengevaluasi hasil belaar diperlukan tagihan kepada siswa untuk mengetahui pengusaan materi yang telah dilakukan.
Jenis tagihan yang dapat dilakukan adalah:
2.5.1 Ulangan harian
ulangan harian umumnya diberukan setelah selesainya satu materi pembelajaran tertentu. soal yang diberikan sebaiknya bentuk uraian objektif untuk mengukur pengetahuan, pemahaman dan kemampuan berpikir aplikatif.
2.5.2. Tugas Kelompok
Tugas kelompok dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa dalam mengembangkan kompetensi kerja kelompok. tugas biasanya berbentuk soal uraian tingkat berpikir aplikatif.
2.5.3. Kuis
Kuis merupakan tes yang embutuhkan waktu singkat. pertanyaan hanya merupakan hal yang prinsip saja dan bentuk jawaban merupakan isi yang singkat., Kuis biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui pengusaan pelajaran yang lalu secara singkat atau setelah akhir sajian.
2.5.4. Ulangan blok
Ulangan blok dilakukan setelah siswa mengusai 1-3 kompetensi dasar. Kompetensi yang diujikan disusn berdasarkan kisi-kisi soal. soal dapat berbentuk uraian objektif atau campuran pelihan ganda dan uraian objektif. soal ini menuntut tingkat berfikir yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
2.5.5. Pertanyaan Lisan
Pertanyaan yang diberikan berupa pengetahuan atau pemahaman tentang konsep. Teknik bertanya dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada seluruh kelas, dan siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan jawaban dan secara acak menunjuk salah satu siswa untuk memjawab.Jawaban salah satu siswa dilemparkan kepada siswa lain untuk memberikan pendapatnya tentang jawaban siswa pertama. Pada akhirnya kegiatan test ini guru memberikan kesimpulan akan jawaban yang benar.
2.5.6. Tugas Individu
Tugas ini dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa untuk mengembangkan wawasan dan kompetensi berfikir. tugas biasanya berbentuk soal uraian objektif dengan tingkat berfikir aplikatif. Tugas ini dapat berupa portofolio.





BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini memerlukan waktu dua bulan, dan tempat penelitian ditetapkan di SD Negeri Kasai Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Guru dan siswa kelas I SD Negeri Kasai Pada kelas ini diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).
3.3 Prosedur Penelitian
a. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kea rah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. (Suhardjono, 2006 : 105).
b. Rancangan Penelitian
Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). dengan demikian prosedur langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini mengikuti langkah-langkah dasar penelitian tindakan yang umum dilakukan. Dalam PTK ini peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap problem secara sistematis. Hasil kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut (Wibawa, 2003: 9).
Menurut Lewin yang dikutip Kemmis dan Mc Taggar dalam Wasis, dkk (2002 :4) bahwa Penelitian Tindakan Kelas memiliki empat tahap dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu Planning (Rencana), Action (Tindakan), observation (Pengamatan), dan Reflection (Refleksi).
Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus:
a. Siklus I
1) Perencanaan tindakan (Planning)
Sebelum dilaksanakan penelitian, perlu dilakukan berbagai persiapan sehingga semua kornponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah:
a) Membuat rencana atau skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa.
b) Mempersiapkan sarana pendukung kegiatan belajar mengajar, seperti gambar¬gambar dan alai peraga.
c) Membuat lembar obseryasi untuk merekam pelaksanaan tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus 1 kali pertemuan dengan desain seperti berikut :













( Suhardjono, 2008 : 74)
2) Pelaksanaan tindakan (Action)
Tahap ini merupakan implementasi atau pelaksanaan dari semua rencana yang telah dibuat.tahap ini berlangsung di dalam kelas, merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang sudah dipersiapkan sebelumnya (Wibawa :2003: 28).
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, apabila PTK-nya tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua.
3) Pengamatan tindakan (Observation)
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan lembar observasi.

4) Refleksi terhadap tindakan (Reflection)
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan pengamatan (observasi). Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis (Wibawa, 2003: 29).
Dengan suatu refleksi yang tepat akan menjadi dasar yang penting untuk perbaikan perencanaan atau skenario tindakan selanjutnya. Demikian seterusnya, sehingga keempat tahapan. PTK ini membentuk siklus berkesinambungan.
b. Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk meyakinkan/menguatkan hasil. Akan tetapi, umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. ( Suhardjono, 2008 : 74-75)
3.4 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:
1) Observasi : Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas belajar siswa dan gejala-gelaja yang mungkin muncul pada tingkah laku siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan mcnggunakan instrumen pengamatan berupa lembar observasi yang terdiri atas lembar observasi terstruktur dan lembar observasi sistematis (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999; 8l )
2) Tes : Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan observer, hasil pengamatan berdasarkan format observer untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapai siswa sebeium dan sesudah mengikuti pembelajaran serta data untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan sekaligus mengukur tingkat pemahaman siswa pada konsep yang dipelajari, tes yang digunakan berupa tes formatif.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1) Analisis kualitatif
Teknik analisis ini disesuaikan dengan ketercapaian indikator dalam CTL dengan skala 1 -4, untuk menganalisis hasil observasi keaktifan siswa dan gejala-gejala yang timbul pada saat mengikuti pembelajaran dan hasil kuesioner terhadap sikap dan pendapat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
2) Teknik persentase
Teknik ini digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa berupa hasil tes yang diberikan. Analisis data diawali dengan kegiatan penskoran terhadap sejumlah pertanyaan atau soal yang diajukan. Selanjutnya skor yang diperoleh dianalisis dengan sistem penilaian agar diketahui tingkat pemahaman atau ketuntasan belajar siswa pada konsep. Rumus yang digunakan (Depdiknas, 2002a: 110) adalah:

Hasil analisis skor ini berupa nilai standar dengan skala 1 - 10 dengan batas minimal kelulusan siswa adalah nilai 6,5 atau 65% dari nilai ideal (10), yaitu taraf penguasaan minimal ketuntasan belajar secara perorangan (Depdikbud, 1994: 2). Sedangkan untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar secara kelompok, dimana telah ditentukan sebelumnya bahwa ketuntasan belajar secara kelompok minimal 85% dari jumlah siswa, menggunakan rumus (Depdikbud, 1994: 7):



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
(1) Perencanaan
Pembelajaran yang telah direncanakan pada tindakan kelas siklus I ini, akan dipersiapkan hal-hal berikut :
a. Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran tindakan kelas siklus I pertemuan ke 1 yaitu pada tanggal 2 Juli 2009 jam ke 1 dan 2, pertemuan ke 2 tang¬gal 3 Juli 2009 jam ke 1 dan 2, dikelas I.
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi "Penjumlahan bilangan sampai dengan 20 dengan sub materi penjumlahan sampai 5 dan 10".
c. Menyiapkan LKS
d. Menyusun alat evaluasi pre test dan pos test dengan test tertulis.
(2) Pelaksanaan Tindakan
a. Tindakan Kelas Pertemuan ke 1 (2 x 35 menit)
l. Pendahuluan
a. Guru melakukan kontruktivisme pada siswa melalui bertanya kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan.
2. Kegiatan inti
a. guru melakukan kegiatan menentukan dan bertanya pada siswa dengan mengadakan Tanya jawab dengan siswa tentang penjumlahan sampai dengan 20 untuk menciptakan suatu masyarakat belajar siswa diperbolehkan saling berdiskusi.
b. guru melakukan pemodelan dengan cara mengajak siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda sekitar yang sejenis, kemudian dihubungkan dengan materi Penjumlahan sampai dengan 20
c. guru mengajak siswa berkomunikasi dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukan pendapatnya mengenai materi Penjumlahan sampai dengan 20
d. guru melakukan refleksi dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk membuat kesimpulan materi.
e. Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan menyuruh siswa mengerjakan soal tes akhir
3. Penutup
a. Bersama siswa menyimpulkan yang telah dipelajari
b. Tindakan Kelas Pertemuan ke 2 (2 x 35 rnenit)
l. Pendahuluan
a. Guru melakukan kontruktivisme pada siswa melalui bertanya kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan.
2. Kegiatan inti
a. guru melakukan kegiatan menentukan dan bertanya pada siswa dengan mengadakan Tanya jawab dengan siswa tentang penjumlahan sampai dengan 20 untuk menciptakan suatu masyarakat belajar siswa diperbolehkan saling berdiskusi.
b. guru melakukan pemodelan dengan cara mengajak siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda sekitar yang sejenis, kemudian dihubungkan dengan materi Penjumlahan sampai dengan 20
c. guru mengajak siswa berkomunikasi dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukan pendapatnya mengenai materi Penjumlahan sampai dengan 20
d. guru melakukan refleksi dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk membuat kesimpulan materi.
e. Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan menyuruh siswa mengerjakan soal tes akhir

3. Penutup
a. Bersama siswa menyimpulkan yang telah dipelajari
(3) Observasi dan Evaluasi (Observation)
(a) Observasi Tes Hasil belajar
Data hasil belajar siswa meliputi hasil post test pada siklus 1 berdasarkan ketuntasan individualnya seperti pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Belajar Post test Siklus 1
SIKLUS NILAI HASIL POST TES
RATA-RATA NILAI KETUNTASAN KLASIKAL %
Pertemuan ke 1 63.13 37.5
Pertemuan ke 2
66.25 62.5





Gambar 2. Hasil Belajar Post test Siklus I
Pemahaman siswa pada siklus 1 dilihat dari gambar 2 menunjukkan pemahaman siswa belum mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan secara klasikal, pertemuan ke 1 adalah: 37.5% dan pertemuan ke 2 adalah 62.5%. Nilai post test yang masih rendah ini dikarenakan siswa belum memahami hakikat pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning yang dapat memotivasi belajarnya untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sehingga mereka tidak begitu antusias dalam belajar dan tidak menguasai sepenuhnya materi yang diajarkan. Namun dari pertemuan ke 1 dan ke 2 sudah nampak adanya peningkatan hasil belajar yang diperolehnya.
(b) Respon siswa terhadap pembelajaran dengan Contextual Teaching And Learning .
Data kuantitatif tentang respon siswa dalam pembelajaran dengan Contextual Teaching And Learning pada materi penjumlahan sampai dengan 20 dengan sub materi penjumlahan sampai dengan 5 dan 10 dapat dikategorikan cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:


















Tabel 4. Presentase Respon Siswa Terhadap KBM Siklus I
No Uraian KBM Ya % Tidak %
Apakah kamu mengerti tentang materi Penjumlahan sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar ini ?
Apabila kamu merasa mengerti, hal apakah yang menjadikan kamu mengerti mengikuti kegiatan belajar mengajar ini ?
• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/kontekstual

• Penampilan guru dalam mengajar

Apakah membuat kamu tidak mengerti, hal apakah yang membuat kamu tidak mengerti.
• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/kontektual

• Penampilan guru dalam mengajar 12





14
14
12
14

14



2
2
4

2

4 75





87.5
87.5
75
87.5

87.5



12.5
12.5
25

12.5

25 4





2
2
4
2

2



14
14
12

14

12 25





12.5
12.5
25
12.5

12.5



87.5
87.5
75

87.5

75
Menurut kamu, apakah kegiatan belajar mengajar seperti yang dilakukan ini baru?

Hal apakah yang menurut kamu baru dalam kegiatan belajar dengan Contextual Teaching And Learning ini?

• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/pendekatan lingkungan
• Penampilan guru dalam mengajar

Apakah kegiatan belajar mengajar ini menurut kamu tidak baru, hal apakah yang tidak baru dalam kegiatan belajar mengajar ini ?
• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/kontekstual

• Penampilan guru dalam mengajar 16





16
16
16
16

14




2
2
4

2

4 100





100
100
100
100

87.5




12.5
12.5
25

12.5

25 0





0
0
0
0

2




14
14
12

14

12 0





0
0
0
0

12.5




87.5
87.5
75

87.5

75

(4) Refleksi Tindakan Siklus I
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2009 selesai kegiatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes prestasi belajar, dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran Contextual Teaching And Learning pada siklus I belum berhasil dengan baik karena belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditentukan.
Kegiatan pembelajaran Contextual Teaching And Learning telah terlihat lebih baik daripada pembelajaran sebelum menerapkan Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning.
Data kuisioner respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dibagikan guru pada akhir siklus I, masih ada 25% siswa belum mengerti tentang materi Penjumlahan sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning.
Berdasarkan paparan diatas, Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini belum berhasil dikarenakan siswa yang mendapatkan nilai > 65 kurang dari 85% dan respon siswa terhadap pembelajaran ini belum semua siswa mengerti tentang materi Penjumlahan sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning maka pembelajaran ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya (Siklus II).

4.1.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
(1) Perencanaan
Pembelajaran yang telah direncanakan pada tindakan kelas siklus II ini, akan dipersiapkan hal-hal berikut :
a. Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran tindakan kelas siklus II pertemuan ke 1 yaitu pada tanggal 8 Juli 2009 jam ke 1 dan 2, pertemuan ke 2 tang¬gal 9 Juli 2009 jam ke 1 dan 2, dikelas I.
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi "Penjumlahan bilangan sampai dengan 20 dengan sub materi penjumlahan sampai 15 dan 20".
c. Menyiapkan LKS
d. Menyusun alat evaluasi pre test dan pos test dengan test tertulis.
(2) Pelaksanaan Tindakan
a. Tindakan Kelas Pertemuan ke 1 (2 x 35 menit)
. Pendahuluan
a. Guru melakukan kontruktivisme pada siswa melalui bertanya kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan.
2. Kegiatan inti
a. guru melakukan kegiatan menentukan dan bertanya pada siswa dengan mengadakan Tanya jawab dengan siswa tentang penjumlahan sampai dengan 20 untuk menciptakan suatu masyarakat belajar siswa diperbolehkan saling berdiskusi.
b. guru melakukan pemodelan dengan cara mengajak siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda sekitar yang sejenis, kemudian dihubungkan dengan materi Penjumlahan sampai dengan 20
c. guru mengajak siswa berkomunikasi dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukan pendapatnya mengenai materi Penjumlahan sampai dengan 20
d. guru melakukan refleksi dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk membuat kesimpulan materi.
e. Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan menyuruh siswa mengerjakan soal tes akhir
3. Penutup
a. Bersama siswa menyimpulkan yang telah dipelajari


b. Tindakan Kelas Pertemuan ke 2 (2 x 35 rnenit)
. Pendahuluan
a. Guru melakukan kontruktivisme pada siswa melalui bertanya kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan.
2. Kegiatan inti
a. guru melakukan kegiatan menentukan dan bertanya pada siswa dengan mengadakan Tanya jawab dengan siswa tentang penjumlahan sampai dengan 20 untuk menciptakan suatu masyarakat belajar siswa diperbolehkan saling berdiskusi.
b. guru melakukan pemodelan dengan cara mengajak siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda sekitar yang sejenis, kemudian dihubungkan dengan materi Penjumlahan sampai dengan 20
c. guru mengajak siswa berkomunikasi dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukan pendapatnya mengenai materi Penjumlahan sampai dengan 20
d. guru melakukan refleksi dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk membuat kesimpulan materi.
e. Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan menyuruh siswa mengerjakan soal tes akhir
3. Penutup
a. Bersama siswa menyimpulkan yang telah dipelajari
(3) Observasi dan Evaluasi (Observation)
(a) Observasi Tes Hasil belajar
Data hasil belajar siswa meliputi hasil post test pada siklus II berdasarkan ketuntasan individualnya seperti pada tabel berikut :




Tabel 5. Hasil Belajar Post test Siklus II
SIKLUS NILAI HASIL POST TES
RATA-RATA NILAI KETUNTASAN KLASIKAL %
Pertemuan ke 1 66.87 68.75
Pertemuan ke 2
70 87.50





Gambar 3. Hasil Belajar Post test Siklus II
Pemahaman siswa pada siklus II dilihat dari gambar 3 menunjukkan pemahaman siswa pada pertemuan 2 telah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan secara klasikal, pertemuan ke 1 adalah: 68.75% dan pertemuan ke 2 adalah 87.50%. Nilai post test yang cukup tinggi ini dikarenakan siswa sudah mulai memahami hakikat pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning yang dapat memotivasi belajarnya untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sehingga mereka begitu antusias dalam belajar dan menguasai materi yang diajarkan. serta dari pertemuan ke 1 dan ke 2 sudah nampak adanya peningkatan hasil belajar yang diperolehnya.
(b) Respon siswa terhadap pembelajaran dengan Contextual Teaching And Learning .
Data kuantitatif tentang respon siswa dalam pembelajaran dengan Contextual Teaching And Learning pada materi penjumlahan sampai dengan 20 dengan sub materi penjumlahan sampai dengan 15 dan 20 dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Presentase Respon Siswa Terhadap KBM Siklus II
No Uraian KBM Ya % Tidak %
Apakah kamu mengerti tentang materi Penjumlahan sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar ini ?
Apabila kamu merasa mengerti, hal apakah yang menjadikan kamu mengerti mengikuti kegiatan belajar mengajar ini ?
• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/kontekstual

• Penampilan guru dalam mengajar

Apakah membuat kamu tidak mengerti, hal apakah yang membuat kamu tidak mengerti.
• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/kontektual

• Penampilan guru dalam mengajar 16





14
14
12
14

14



2
2
4

2

4 100





87.5
87.5
75
87.5

87.5



12.5
12.5
25

12.5

25





2
2
4
2

2



14
14
12

14

12





12.5
12.5
25
12.5

12.5



87.5
87.5
75

87.5

75
Menurut kamu, apakah kegiatan belajar mengajar seperti yang dilakukan ini baru?

Hal apakah yang menurut kamu baru dalam kegiatan belajar dengan Contextual Teaching And Learning ini?

• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/pendekatan lingkungan
• Penampilan guru dalam mengajar

Apakah kegiatan belajar mengajar ini menurut kamu tidak baru, hal apakah yang tidak baru dalam kegiatan belajar mengajar ini ?
• Materi pelajarannya
• Bahan tertulisnya
• Peralatan dan bahan ajarnya (LKS)
• Suasana lingkungan belajar di luar kelas/kontekstual

• Penampilan guru dalam mengajar 16





16
16
16
16

16




2
2
4

2

4 100





100
100
100
100

100




12.5
12.5
25

12.5

25 0





0
0
0
0

0




14
14
12

14

12 0





0
0
0
0

0




87.5
87.5
75

87.5

75




(4) Refleksi Tindakan Siklus II
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2009 selesai kegiatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes prestasi belajar, dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran Contextual Teaching And Learning pada siklus II sudah berhasil dengan baik karena sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditentukan.
Kegiatan pembelajaran Contextual Teaching And Learning telah meningkatkan pemahaman siswa tentang materi penjumlahan sampai 20.
Data kuisioner respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dibagikan guru pada akhir siklus I, semua siswa mengerti tentang materi Penjumlahan sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning.
Berdasarkan paparan diatas, Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini telah berhasil dikarenakan siswa yang mendapatkan nilai > 65 lebih dari 85% dan respon siswa terhadap pembelajaran ini semua siswa mengerti tentang materi Penjumlahan sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning maka pembelajaran ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya (Siklus II).

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran Contextual Teaching And Learning terlihat adanya peningkatan pemahaman siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel ketuntasan belajar siswa yang dalam tiap pertemuan selalu terjadi peningkatan hingga mencapai 87.5%. Demikian pula respon siswa yang memberikan respon baik terhadap pembelajaran Contextual Teaching And Learning pada materi penjumlahan bilangan sampai dengan 20.
Dari gambaran data tersebut di atas, maka dapatlah dinyatakan:
(1) Pembelajaran Contextual Teaching And Learning sebagai pendekatan yang dilakukan pada proses pembelajaran matematika pada penjumlahan bilangan sampai dengan 20 semester I pada SDN Kasai Kecamatan batumandi Kabupaten Balangan. dapat dilaksanakan dan berlangsung secara efektif sesuai yang telah direncanakan.
(2) Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa, penerapan pembelajaran Contextual Teaching And Learning dalam proses pembelajaran Matematika pada penjumlahan bilangan sampai dengan 20 semester I pada SDN Kasai Kecamatan batumandi Kabupaten Balangan.telah menunjukkan hasil yang signifikan dan sangat memuaskan, Demikian pula dengan indikator ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara klasikal dapat tercapai.
(3) Berdasarkan hasil temuan dan refleksi tindakan pada siklus I tersebut maka ada peningkatan Pemahaman Tentang Materi Penjumlahan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Siswa Kelas I SD Negeri Kasai Balangan Tahun Ajaran 2009/2010.
(4) Berdasarkan angket respon siswa menunjukan 100% dari 16 siswa menyatakan mengerti tentang materi Penjumlahan bilangan Sampai dengan 20 yang diberikan pada kegiatan belajar mengajar dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
(1) Pendekatan Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa pada materi Penjumlahan bilangan Sampai dengan 20.
(2) Sikap siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning pada materi Materi Penjumlahan bilangan Sampai dengan 20 mendapat respon yang baik.

5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil diatas saran yang diajukan oleh peneliti sebagai guru matematika adalah:
(1) Dengan hasil penelitian maka pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning sebaiknya digunakan dalam pembelajaran matematika.
(2) Setiap materi yang berhubungan dengan tentang Penjumlahan bilangan Sampai dengan 20 sebaiknya menggunakan Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning karena sudah terbukti meningkatkan pemahaman siswa.
(3) Guru hendaknya bisa mempertahankan ataupun meningkatkan kegiatan pembelajaran sehingga respon siswa terhadap pembelajaran yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Ali,Mohamad.1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Sinar Grafika.

Bandono.2008.http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl.(diakses 30 maret 2009)

Corebima,D.,Ibrahim,M.,Pratiw-i,R.,Raharjo.,Rachmadiarti,F.,Indana,S.,susilo,H., Muidi,F.,Leonita.,dan Suparno,G.2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis kompetensi Guru mata Pelajaran Matematika (Pembelajaran Kontekstual). Jakarta: Direktorat SD.

Djaelani,Haryono, 2008. Matematika untuk SD/MI Kelas .1 . Jakarta:Depdiknas.

Humaidi Syukeri. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Banjarmasin:Disdik Prop.Kalsel.

Nurhadi dan Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya Malang: UMPRESS.

Nazir. M, 1990. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia:

Sardiman A.M. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumadi. 2002. Prinsip Penyusunan Perangkat pembelajaran dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning. Jakarta: Depdiknas.













PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG MATERI PENJUMLAHAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
SISWA KELAS I SD NEGERI KASAI BALANGAN TAHUN AJARAN 2009/2010


PROPOSAL
Untuk memenuhi persyaratan melakukan penelitian
Dalam rangka penulisan skripsi

Oleh :
HELDAWATI
NPM : 306.05.23.089







SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP PGRI ) BANJARMASIN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
2009
PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG MATERI PENJUMLAHAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
SISWA KELAS I SD NEGERI KASAI BALANGAN TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :
HELDAWATI
NPM : 306.05.23.089

Disetujui oleh pembimbing untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi pada tanggal …………..

Pembimbing I Pembimbing II


Drs.Hidayah Ansori,M.Si Dra.Hj.Zahra Chairani,M.Pd
NIP.132002861 NIP.130355570


Mengetahui ,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika


Benny Nawa Trisna, M.Pd
NIP.132312251




• About
• Curriculum Vitae
• Formulir Kontak
• Forum Diskusi
Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)
Jumat Wage, 7 Maret 2008 — Pendidikan
Pengertian
Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Rasional
Dalam Contextual Teaching And Learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa











SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) BANJARMASIN
Jln.Sultan Adam Komp. H.Iyus no.18 telp.(0511)360023 Banjarmasin
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
Nama : HELDAWATI
NPM : 306.05.23.089
Jurusan/Angkatan: Pendidikan Matematika / 2005
Jenjang : S1
Pembimbing I : Drs.Hidayah Ansori,M.Si
Judul : PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG MATERI PENJUMLAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS I SD NEGERI KASAI BALANGAN TAHUN AJARAN 2009/2010

Tanggal Materi konsultasi Keterangan /Catatan Tanda Tangan
Dosen Pembimbing
(1) (2) (3) (4) (5)







































(1) (2) (3) (4) (5)





























Catatan:
1. Setiap konsultasi kartu ini harus dibawa oleh mahasiswa yang bersangkutan.
2. Setiap kartu konsultasi hanya berlaku 1 (satu) periode.
3. Apabila konsultasi habis, sedangkan mahasiswa yang bersangkutan belum selesai konsultasi, maka harus segera melaporkan diri ke bagian pengajaran
4. setiap mahasiswa tidak diperkenankan pindah dosen pembimbing
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) BANJARMASIN
Jln.Sultan Adam Komp. H.Iyus no.18 telp.(0511)360023 Banjarmasin
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
Nama : HELDAWATI
NPM : 306.05.23.089
Jurusan/Angkatan: Pendidikan Matematika / 2005
Jenjang : S1
Pembimbing II : Dra.Hj.Zahra Chairani,M.Pd
Judul : PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG MATERI PENJUMLAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS I SD NEGERI KASAI BALANGAN TAHUN AJARAN 2009/2010

Tanggal Materi konsultasi Keterangan /Catatan Tanda Tangan
Dosen Pembimbing
(1) (2) (3) (4) (5)







































(1) (2) (3) (4) (5)





























Catatan:
1. Setiap konsultasi kartu ini harus dibawa oleh mahasiswa yang bersangkutan.
2. Setiap kartu konsultasi hanya berlaku 1 (satu) periode.
3. Apabila konsultasi habis, sedangkan mahasiswa yang bersangkutan belum selesai konsultasi, maka harus segera melaporkan diri ke bagian pengajaran
4. setiap mahasiswa tidak diperkenankan pindah dosen pembimbing